Makna
Denotatif
Bahasa merupakan
sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Bahasa merupakan alat
komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada setiap
perkataan yang diucapkan. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa sentiasa
dianalisis dan dikaji dengan menggunakan perbagai pendekatan untuk mengkajinya.
Antara lain pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji bahasa ialah
pendekatan makna. Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang
mempelajari tentang makna.
Menurut Mansoer
Pateda (2001:79) bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang
membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat.
Ada beberapa jenis makna, antara lain makna leksikal, makna gramatikal, makna
denotasi, dan makna konotasi. Selain itu, ada juga yang disebut relasi makna. Relasi
makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu
dengan satuan bahasa yang lain.
Dalam Kamus Linguistik,
pengertian makna dijabarkan menjadi :
1. maksud pembicara;
2. pengaruh penerapan
bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;
3. hubungan dalam arti
kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua
hal yang ditunjukkannya,dan
4. cara menggunakan
lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).
Makna denotatif
(referensial) ialah makna yang menunjukkan langsung pada acuan atau makna
dasarnya.
Contoh: - merah : warna seperti warna
darah.
-
ular : binatang menjalar, tidak berkaki, kulitnya bersisik.
Masalah-masalah
yang dibicarakan pada relasi makna :
1. Sinonim : hubungan semantik yang
menyatakan adanya kesamaan makna
antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya.
antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya.
Contoh : benar = betul.
Faktor ketidaksamaan dua buah ujaran
yang bersinonim maknanya tidak akan
sama persis adalah :
sama persis adalah :
a. Faktor waktu, contoh : hulubalang dan
komandan
b. Faktor tempat, contoh : saya dan beta
c. Faktor keformalan, contoh : uang dan
duit
d. Faktor sosial, contoh : saya dan aku
e. Faktor bidang kegiatan, contoh :
matahari dan surya
f. Faktor nuansa makna, contoh :
melihat, melirik, menonton
2.
Antonim : hubungan semantik dua buah satuan ujaran yang maknanya
menyatakan kebalikan, pertentangan dengan ujaran yang lain.
menyatakan kebalikan, pertentangan dengan ujaran yang lain.
Contoh
: hidup x mati
Jenis
antonim :
a.
Antonim yang bersifat mutlak, contoh : diam x bergerak
b.
Antonim yang bersifat relatif / bergradasi, contoh : jauh x dekat
c.
Antonim yang bersifat relasional, contoh : suami x istri
d.
Antonim yang bersifat hierarkial, contoh : tamtama x bintara
3.
Polisemi adalah kata yang mempunyai makna lebih dari satu.
Contoh
:
kata
kepala :
1.
Kepala yang berarti bagian tubuh yang bagian atas.
2.
Kepala yang menyatakan pimpinan
4.
Homonim adalah dua kata kebetulan bentuk, ucapan, tulisannya sama tetapi beda
makna.
Contoh :
Contoh :
Bisa
:
1.
Bisa yang berarti racun
2.
Bisa yang berarti dapat atau mampu
5.
Homofon adalah dua kata yang mempunyai kesamaan bunyi tanpa memperhatikan
ejaanya, dengan makna yang berbeda.
ejaanya, dengan makna yang berbeda.
Contoh
:
1.
Bang : sebutan saudara laki-laki
2.
Bank : tempat penyimpanan dan pengkreditan uang
6.
Homograf adalah dua kata yang memiliki ejaan sama, tetapi ucapan dan maknanya
beda.
Contoh :
Contoh :
1.
Apel : buah
2.
Apél : rapat, pertemuan
7.
Hiponim dan hipernim Hiponim adalah sebuah bentuk ujaran yang mencakup dalam
makna bentuk ujaran lain. Hipernim adalah bagian dari hiponim.
Contoh
:
Hiponim
: buah-buahan
Hipernim
dari buah-buahan misalnya anggur.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar