Senin, 02 April 2012

Rencana Kenaikkan BBM dari Aspek Ekonomi


Rencana kenaikkan BBM yang akan diresmikan pada tanggal 1 April 2012 terus menimbulkan pro dan kontra. Padahal hal tersebut masih menjadi perundingan dalam rapat Badan Anggaran DPR . Setidaknya terdapat beberapa poin utama yang menjadi alasan bagi pemerintah untuk menaikkan harga BBM , poin-poin tersebut adalah :
• Kenaikan harga minyak mentah dunia,
• Kondisi riil di lapangan yang tidak sesuai dengan asumsi awal APBN. Pada bulan
Januari, Indonesian Crude Price (harga minyak mentah Indonesia) mencapai 115,91
dollar AS per barel dan Februari ini sekitar 121,75 dollar AS per barel. Padahal, ICP
yang diasumsikan dalam APBN 2012 adalah maksimal hanya sebesar 90,0 dollar AS
per barel.
• Subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk BBM tidak sesuai dengan asumsi
awal angka subsidi yang tercantum pada APBN 2012, karena harga dari ICP juga
tidak sesuai dengan asumsi awal. (lihat poin ke-2)
• Ketidaksamaan asumsi dengan kondisi riil mendorong pemerintah untuk melakukan
suatu langkah penyelamatan APBN, yang mana dalam hal ini dilakukan dengan
mencabut subsidi BBM. Semua hal ini dimaksudkan sebagai sebuah usaha untuk
mencegah terjadinya suatu kondisi dimana APBN jebol.
• Sasaran dari subsidi BBM selama ini tidak tepat sasaran karena dinikmati secara lebih
besar justru oleh orang kaya, yang berarti subsidi BBM yang dilakukan saat ini tidak
tepat sasaran. Dan diperlukan adanya suatu revisi kebijakan agar kembali pada
sasaran awal(rakyat miskin).
• Adanya penyelundupan-penyelundupan BBM ke negara-negara tetangga seperti
Singapura- Filipina, yang secara harga, minyak mereka jauh lebih tinggi dari BBM
bersubsidi Indonesia.
Saat ini, alasan utama pemerintah untuk menaikkan harga BBM adalah penyelamatan
APBN, karena jika tidak APBN akan jebol dan negara akan ambrol. Akan tetapi sama sekali tidak ada suatu pandangan dalam menimbang kebijakan ini bagaimana rakyat berpenghasilan rendah bisa tetap makan sehari-hari. Saat ini saja makan sudah sulit, apalagi untuk kedepan apabila harga BBM benar dinaikkan maka sudah bisa dipastikan keadaan akan tambah susah bagi mereka yang berpenghasilan rendah.
Fakta yang terjadi pada saat ini, dana APBN yang ditakutkan akan jebol apabila BBM tidak dinaikkan, selama ini juga sudah jebol dengan rencana anggaran yang tidak rasional, dan tidak berlandaskan landasan idiil untuk mencapai kesejahteraan umum.
Contohnya adalah anggaran pembangunan fasilitas dan gedung DPR, anggaran makanan untuk rapat yang berlebihan, anggaran studi banding yang tidak jelas tujuannya dsb. Jika memang alasan utamanya adalah untuk penyelamatan APBN, yang jadi pertanyaan besar kenapa tidak dikurangi saja anggaran untuk pos-pos kegiatan yang sifatnya tidak rasional tersebut.

Melihat dampak kenaikan harga BBM dari perspektif ekonomi, kita akan berhadapan dengan ekonomi makro dan ekonomi mikro. Dari ekonomi makro :
·                     Pertama, kenaikan harga BBM ini akan menyebabkan inflasi yang memicu penurunan nilai tukar rupiah. Penurunan riil ini akan menyebabkan daya beli masyarakat berkurang, terutama masyarakat kelas bawah. Golongan ini akan sangat kesulitan dalam menghadapi kenaikan BBM, terutama atas dampak langsungnya terhadap kebutuhan pokok.
·                     Kedua, subsidi yang diberikan pemerintah ternyata tidak tepat sasaran karena sebagian besar yang menikmati subsidi ini adalah orang-orang yang berada pada strata menengah ke atas.
·                     Ketiga, besaran subsidi yang diberikan pemerintah ternyata terlalu besar sehingga memberatkan APBN. Indikasi ini tidak menutup kemungkinan pemerintah untuk berhutang kembali dalam menutupi kekurangan tersebut. Selain itu, hal tersebut akan menyebabkan anggaran menjadi tidak sehat, akibatnya bisa menyebabkan adanya pengurangan porsi APBN untuk bidang yang lain, sehingga menyebabkanketidakseimbangan APBN. Kenaikan BBM ini juga memungkinkan tertundanya investasi jangka panjang karena dana itu digunakan untuk menutup kekurangan APBN di bidang energi dan sumber daya mineral.
·                     Keempat, harga BBM di Indonesia terlalu rendah ( besarnya nilai subsidi) sehingga
terjadi kesenjangan yang cukup jauh dengan harga pasar yang nantinya akan menyebabkan
krisis ketika terjadi fluktuasi harga dan inflasi yang cukup tinggi. Dari hal itu akan
menyebabkan dampak yang lebih besar lagi yaitu meningkatnya pengangguran dan jumlah
orang miskin di Indonesia. Kelima, BBM ini memiliki multiplier effect, dimana BBM ini
menjadi salah satu masukan dalam kegiatan perekonomian, hampir semua kegiatan ekonomi
menggunakan BBM dan juga menguasai hajat hidup orang banyak.

Jika kita mengkaji lebih jauh dari sisi ekonomi mikro, para pengusaha kecil inilah yang akan akan merasakan dampak yang lebih keras karena selain terjadinya inflasi mereka juga akan melakukan efisiensi yang berlebih mengingat harga-harga yang tinggi, entah dengan mengurangi produksi atau juga mengurangi jumlah pekerja, yang artinya menyebabkan jumlah pengangguran bertambah. Masyarakat pada umumnya menolak hal ini dengan alasan kenaikan harga BBM ini memberatkan rakyat kecil. Seperti, supir angkot, pedagang di pasar, pengguna sarana transportasi publik, hal ini disebabkan mereka dalam kesehariannya selalu menggunakan hal BBM tersebut. Dan  mereka berharap kepada pemerintah agar menimbang ulang kebijakan tersebut atau bila perlu kebijakan tersebut ditiadakan. Kenaikan BBM ini akan banyak menimbulkan dampak ekonomi bagi Indonesia.
Dampak ekonomi tersebut akan sangat kompleks dan terus berkelanjutan menimpa Indonesia
di tengah segala ketidaksiapannya. Kenaikan BBM dewasa ini tidak dibareng dengan
persiapan infrastruktur yang memadai. Kenaikan BBM ini akan banyak menimbulkan dampak ekonomi bagi Indonesia.

Sumber Referensi :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar